Prof. Dr. Al Makin S.Ag., M.A.: Asthabrata merupakan Rujukan Utama bagi Kepemimpinan Politik di Nusantara 

Prof. Dr. Al Makin, S.Ag., M.A. menjelaskan bahwa asthabrata merupakan rujukan utama nilai-nilai kebijaksanaan yang harus dimiliki para pemimpin dalam bermasyarakat dan bernegara. Hal ini disampaikannya dalam ngaji kepemimpinan yang diselenggarakan oleh Dialektika Institute for Culture, Religion and Democracy pada Sabtu (15/04/2022).

Mengawali pemaparannya, al Makin menyebutkan bahwa Nusantara merupakan lokus pertemuan berbagai macam kebudayaan, terutama India, China dan Arab. Masing-masing kebudayaan ini membawa ajaran-ajaran tersendiri yang memperkaya tradisi lokal Nusantara dan salah satu dari produk persentuhan lokal dengan budaya India ialah lahirnya Asthabrata.

Al Makin menjelaskan bahwa dalam Asthabrata, terkandung nilai-nilai keutamaan delapan dewa yang dianggap sebagai simbol kebijaksanaan yang perlu diadopsi dalam kepemimpinan negara atau masyarakat, di antaranya ialah: Indra, Yama, Surya, Candra, Bhayu, Kuwera, Baruna, dan Agni. Simbol kebijaksanaan yang terefleksikan dalam nama-nama dewa ini mengandung nilai kebijaksanaan seperti kedermawanan, kasih sayang, taat hukum, hemat dan lain-lain.

Al Makin menegaskan bahwa ajaran Asthabrata ini merupakan warisan kebudayaan sejak jaman dahulu kala, terutama sejak masa kerajaan-kerajaan masih berdiri di nusantara seperti Majapahit, Demak, Mataram, pada saat mengalami masa kejayaannya. “Nilai-nilai yang terkandung dalam Asthabrata ini pun bersifat universal. Mungkin bisa dilacak pada model kepemimpinan ala Hindu, Buddha atau etika Nichomacea Aristoteles,” papar al Makin.

Ajaran ini digunakan sebagai dasar kepemimpinan agar raja atau pemimpin memahami arti ajaran tersebut dan mampu membawa rakyat yang dipimpinnya menuju kemakmuran dan kesejahteraan.

Meski Asthabrata menjadi rujukan dalam kepemimpinan politik di Nusantara, al Makin mengakui bahwa saat ini Indonesia dalam soal kepemimpinan politik menganut sistem kepemimpinan dari Barat, yakni demokrasi. “Kita menganut sistem demokrasi liberal yang cocok untuk diterapkan dalam kondisi budaya mana pun,” jelas al Makin.

Simak penjelasan lengkapnya dalam video berikut ini: